Lobelia Sackville-Baggins dan payungnya.

Bagi penggemar karya Tolkien termasuk aku, New Zealand adalah rumah kedua. Bagaimana tidak, setting film LOTR dan The Hobbit berada di New Zealand.  Middle-Earth memang dunia fiktif, tapi bagi kami, para Ringers (sebutan untuk fans LOTR pada umumnya), New Zealand adalah gambaran yang cukup pas untuk menggambarkan Middle-Earth, khususnya suasana Shire.

New Zealand sendiri juga negara yang terlihat hijau dan damai, sama seperti Shire. Shire digambarkan sebagai daerah yang dipenuhi alam yang begitu hijau dan asri. Kehidupan para Hobbit di Shire juga damai. Kaum Hobbit hampir tidak pernah berselisih atau berperang dengan mahluk lain. Mereka adalah mahluk yang paling santai seantero Middle-Earth. Itu juga yang selalu tergambar dalam kehidupan yang aku lihat di New Zealand. Hampir tidak ada berita tentang kekerasan, kerusuhan yang aku dengar dan baca di New Zealand. Aku yakin juga banyak orang yang merasakan hal yang sama. Penyerangan yang terjadi di New Zealand sangat mengejutkan dan menyakitkan.

Dalam fiksi maupun kenyataan, tidak ada yang namanya kedamain abadi. Shire yang hampir tidak pernah menjadi tempat konflik dan dikunjungi oleh mahluk lain (kecuali Gandalf), tiba-tiba mendapat serangan dari Saruman. Diawali dari keserakahan Lotho Sackville Baggins, Saruman menyusup ke Shire yang hampir tidak pernah tersentuh oleh siapapun. Unexpected attack happened. Shire yang damai, mendadak jadi kacau.

Beberapa hari yang lalu aku membaca berita yang mencengangkan dari New Zealand. Seorang teroris menyerang sebuah masjid di Christchurch saat banyak orang menjalankan sholat jumat disana. Setiap berita penyerangan rumah ibadah akan selalu membuatku sedih. I'm not a religious person, but i know sometimes people find their inner peace in praying. Attacking those who pray is the most coward act i've ever known.

Pada akhirnya Shire kembali pulih dan aku berharap hal yang sama terjadi di New Zealand. Kita seperti hidup dalam masa War of The Ring, dimana tempat yang adem-ayem pun gak luput dari serangan 'kroco-kroconya Sauron'. Tapi perlu diingat, perang di Middle-Earth diakhiri oleh mahluk remeh yang hampir tidak punya kekuatan spesial apapun. Kebencian berdasarkan agama dan ras itu hal yang masif dan berbahaya. Kekacauan di Middle-Earth itu ada dari buku The Silmarillion yang membutuhkan 2 tahun buat aku kelarin, lalu buku The Hobbit, dan 3 buku LOTR; sepanjang itu. Kekacauan di dunia kita, aku yakin lebih panjang dari Middle-Earth saga. Dalam setiap peradaban manusia, berselih paham, berperang, itu hal yang tidak bisa dihindari. Tapi...tapi...kita bisa membuat keadaan setidaknya di sekitar kita menjadi lebih baik dengan hal-hal kecil tapi berdampak.

Frodo adalah hobbit sederhana yang gak bisa berperang, pegang pedang sepanjang Sting yang notabene pendek banget aja, Frodo gemeteran. Frodo adalah perumpamaan tentang hal-hal baik namun kecil dan remeh di sekitar kita. Frodo juga adalah kita, orang-orang sederhana yang tidak punya 'kekuatan' apapun. Tapi jangan pernah berpikir kalo kebaikan yang kita lakukan itu tidak akan berdampak. A little act of kindness matters.

Dalam kisah penyerangan Saruman di Shire, ada Lobelia Sackville-Baggins yang berani menyerang Saruman dengan payungnya. Meski akhirnya Lobelia dikurung bersama Hobbit lainnya, tapi keberanian Lobelia adalah sebuah hal yang perlu diapresiasi. She attacked with all things she got, even it was an umbrella. Beberapa saat setelah penyerangan di New Zealand terjadi, salah satu senator Australia yang bernama Fraser Anning melontarkan pernyataan yang menurut aku bodoh banget, yaitu intinya penyerangan di New Zealand adalah dampak banyaknya imigram Muslim di New Zealand. Lalu, karena pernyataan itu, seorang anak muda bernama William Connoly, mungkin saat itu juga dia melihat kepala Fraser Anning sebagai teflon happy call, "nyeplokin' sebutir telor ke kepala Fraser Anning. Ia lantas dipuji dan disebut sebagai Eggboy karena aksinya. Apa yang dilakukan Lobelia dan Eggboy adalah hal yang mirip. You gotta do something to fight the evil ones.

Melihat banyaknya postingan kebencian yang berdasarkan agama dan ras di media sosial, oh my God, aku juga pun gak ngerti berapa kali aku uda ngeblock dan report postingan-postingan tersebut di medsos tapi ya tetep aja banyak gitu. Tapi ya harus diperangin. Ngeblock dan report postingan-postingan kebencian itu adalah senjata kita yang saat ini kita punya, seperti Lobelia yang saat itu hanya punya payung.

Mari menjadi "Lobelia" di media sosial, sehingga kita gak perlu lagi melihat "Serangan di Shire" lainnya.
Lobelia dan payungnya (Mistress Lobelia by John Howe)



Comments

Popular posts from this blog

Just asking about skateboarder w/ ato:D

Sung Dong-il, Sang Ayah Dengan Anak Perempuan-Perempuannya.

Prison Playbook : Mengelola Krisis di Balik Jeruji