I Scream To My Mom

Hai, lama ga nulis di blog hahahha. Anyway aku abis tipes, huhuhu. Uda tipes, kena radang tenggorokan lagi. Sungguh double punchline. Tapi sekarang aku uda pulih, meski masih batuk-batuk dikit trus ususku agak sakit2 gitu. But, i'm fine. Oke, selesai ya curhat soal penyakitnya, hihihi.

    Baca judulnya, ngeri ya? Hihihi, but that's the fact. I scream to my mom, everyday. That's the way I communicate with my mom. But trust me, I really love her. I can't live without her. When I'm at the end, she's always there. When I'm not capable to do anything, she is there to do all those things. But why do I scream to her? It's rude, isn't it?

Well, I blame my ADHD for that. Ketika kecil, ketika mamaku ga paham apa yang aku maksud, aku menjelaskannya dengan teriak dan mamaku paham. So I found the best way to communicate with her. Mamaku paham. Mamaku mengerti. Tapi orang lain tidak. You know, ADHD can't be cured, I still have it. Jadi, ketika orang lain melihatku teriak ke mamaku, mereka mengira aku anak yang durhaka. Mereka ga ngerti, dan aku paham.

Aku sih ga selalu teriak ke mamaku. Hanya ketika mamaku ga ngerti apa yang aku maksud, aku teriak. Contoh:
"Aku besok mau ke luar kota, bawa baju 3, bajunya santai, resminya ga usa." kataku
"Iya, keluar kota bawa baju 3 cukup?" mama tanya
"Ya aku bilang 3, ma. Pokoknya 3. 3 ma, santai semua. Pokoknya 3,"
"Oke, santai yang bagaimana?"
"Pokoknya santai, santai ma. Halah baju santai, pokoknya. Kayak gini, (nunjuk kaos, kadang aku lupa nama benda juga anyway, dammit ADHD!)" nah di part ini aku teriak.
"Oh kaos, iya uda ada di lemari," kata mamaku dengan sabar.

That's a simple thing. But I scream to explain something to my mom. Kadang, aku melakukannya ke orang lain dan muridku. That's bad. But I never scream to my exes when we were in relationship. Gatau deh.

Comments

Popular posts from this blog

Just asking about skateboarder w/ ato:D

Sung Dong-il, Sang Ayah Dengan Anak Perempuan-Perempuannya.

Prison Playbook : Mengelola Krisis di Balik Jeruji