Thank you, Professor

Hari ini, tepat tanggal 3 Januari, penulis idolaku berulang tahun. Nama beliau adalah John Ronald Reuel Tolkien atau yang banyak orang kenal dengan J.R.R Tolkien. Beliau lahir tepat di tanggal ini pada tahun 1892. Ya, zodiak beliau sama denganku, Capricorn! Bahkan ultah kita cuma berjarak 2 hari doang! Bangga? Jelas! Berarti ada kesamaan sifat dong dengan beliau :)
J.R.R Tolkien dikenal orang dengan karyanya yaitu trilogi The Lord Of The Ring (LOTR). Yes, it is a great story. Aku pertama kali membaca seri pertama LOTR yaitu The Fellowship Of The Ring itu waktu SMP. Kakakku meminjamiku novel terjemahannya yang ia pinjam dari perpustakaan sekolah tempat ia mengajar. Thanks to her, aku langsung jatuh cinta pada serangkaian ceritanya dan langsung punya tujuan hidup, "Hey, i want to be like Prof. Tolkien,"

Hari dimana aku baca The Fellowship Of The Ring adalah hari dimana aku berani bermimpi besar. Berani mengeruk lebih dalam imajinasiku. Berani untuk menulis lagi. Berani untuk percaya pada imajinasiku sendiri. Aku sakaw. Kulanjutkan membaca The Two Towers lalu The Return Of The King. I'll never get enough.

Aku terlahir dengan imajinasi yang besar. Waktu aku kecil, aku sering berbicara pada pohon hanya karena guruku bilang mereka itu mahluk hidup, maka aku percaya mereka bisa berbicara juga. Lalu, aku bertemu dengan Treebard :) Hey, i'm not the only one who imagined that tree can speak, huh? :p

Prof. Tolkien mengajariku juga tentang satu hal, yaitu ketekunan. Karya beliau, The Silmarillion, ditulis ketika beliau masih muda hingga beliau menutup usia (anyway, sebelum ceritanya kelar, beliau sudah dipanggil Tuhan duluan). Berapa banyak waktu, pikiran, usaha, dan tentu saja kesabaran yang beliau sudah habiskan untuk karya ini? Kok bisa ya beliau menghabiskan masa hidupnya untuk membuat satu karya?  Kuncinya satu, yaitu ketekunan yang beliau punya.Gila ini termasuk, menghabiskan seumur hidup untuk karya yang nyaris sempurna (well, like they say, kesempurnaan milik Tuhan rite?).

Waktu SMA, aku pernah nyoba nulis cerita-cerita fantasi begitu. Teman-temanku bilang, cerita yang aku buat itu bagus. Tapi, karena aku tidak tekun, aku meninggalkan dunia tulis-menulis. Nah, beberapa waktu terakhir, aku bertemu teman-teman yang yah bisa dibilang kebetulan suka dengan karya-karya Prof. Tolkien. Kita banyak berdiskusi akan karya-karya beliau. Karena dibawa kembali ke masa dimana excitednya aku baca LOTR dan The Hobbit, keinginan buat kembali menulis cerita fantasi yang lama aku tinggalkan muncul lagi.

I'm older now, and yes, the way i imagine something is not the same anymore.

Tapi, aku baca lagi LOTR, rasa excited untuk menulis muncul lagi. Dan aku kembali berani buat bilang, "Hey, I want to be like Prof. Tolkien,"

Jadi, aku kembali ke notebook-ku, mencari-cari file lama yang aku tinggalkan. Aku ingat akan ketekunan beliau akan The Silmarillion. Aku menemukan file itu. Lalu, aku seakan mendengar Prof. Tolkien berbicara dengan diriku, "Finish it,"

I smiled reading the story i've never finished. Betapa pengecutnya aku menghentikan cerita yang kumulai sendiri. Dengan sedikit dukungan dari temen-temen dan sedikit keberanian untuk berimajinasi besar lagi, I will finish it.

So, thank you, Prof.

Ga pernah kebayang, gimana seandainya kakakku ga minjemin The Fellowship Of The Ring :)

Nostor Veren, J.R.R Tolkien.





Comments

  1. Satu-satunya cerita fantasi yang bikin saya nggak pernah bisa move-on ya cuma karya Profesor Tolkien. Karya beliau bener-bener luar biasa, sampe2 saya kadang ngerasa Middle-Earth itu pernah ada di bumi, hihi :D

    Nostor veren, Professor!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Just asking about skateboarder w/ ato:D

Sung Dong-il, Sang Ayah Dengan Anak Perempuan-Perempuannya.

Prison Playbook : Mengelola Krisis di Balik Jeruji