Fiksi di sekitar kita.

Ketika aku cari kerjaan baru beberapa bulan lalu, aku diinterview oleh salah satu tempat, HRD-nya bertanya, pertanyaan standard lah..

"Apa yang kamu lihat pada dirimu sendiri 5 tahun lagi?"

Aku menjawab dengan penuh percaya diri dan berapi-api.

"Saya akan berdiri di panggung TEDx membicarakan tentang Harry Potter dan bagaimana Harry Potter bisa mempengaruhi hidup saya dan jutaan Potterhead lainnya,"

HRD tersebut tersenyum kecil. Sedikit terkesan meremehkan. Ya wajar, TEDx adalah forum besar dan terkenal. Aku ini siapa, kepengen bicarain fiksi fantasi di forum sebesar itu pula. Biasanya TEDx bicara hal-hal yang ga "remeh" begitu. Nguayal pol. Tapi yang mungkin tidak diketahui HRD tersebut, Emil Johansson pernah berdiri di panggung TEDx membicarakan lotrprojects.com, situs yang berisi tentang detail Middle-Earth, dunia khayalan yang diciptakan oleh J.R.R Tolkien.

I didnt get the job anyway.

Jika kalian mengenal aku dari semua social media, aku dikenal sebagai orang yang sangat antusias terhadap fiksi. Terlebih tentang Harry Potter. Aku menganggap fiksi bukan cuma sekedar cult atau sebuah aliran literasi dan film. It's more than that. Fiksi bisa berdampak di kehidupan kita sehari-hari. Harry Potter misalnya. Banyak penelitian yang mengatakan bahwa orang muda yang membaca Harry Potter mempunyai kepribadian yang lebih toleran terhadap keberagaman.

Keadaan di sekitar kita memang bukan fiksi. Bukan juga fantasi. Kita hidup di kenyataan. Tidak ada naga, tidak ada Wingardium Leviosa, tidak ada penyihir jahat yang ga punya hidung. Kita tidak hidup di dunia dimana ada seorang perempuan yang disebut Mother of Dragon. Tidak pula didunia dimana kita bisa jadi debu karena jentikan jari alien ungu.

Tapi fiksi-fiksi tersebut sering memberikan pelajaran tentang hidup kepada kita. Fiksi sudah bukan lagi dianggap sebagai sekedar hal yang tidak nyata. Dengan fiksi, kita lebih mengerti hal-hal yang sebelumnya terasa jauh dari jangakauan kita. Pak Jokowi menggunakan referensi dari Game of Thrones dalam pidatonya tentang ekonomi global. Banyak yang akhirnya kayak ngeh gitu tentang ekonomi global. Pak Jokowi juga menggunakan referensi dari Avengers : Infinity War di salah satu pidatonya. Pak Jokowi mengerti bahwa di jaman sekarang orang akan lebih relate dengan fiksi-fiksi populer atau boleh disebut sebagai pop culture juga.

I was bullied for being a nerd, for believing in fictions. I am still sometimes. Tapi itu tidak akan mengubah kepercayaanku bahwa fiksi yang baik, bisa memberikan dampak yang luar biasa di kehidupan nyata. Jika Game of Thrones jelek, tidak akan ada jutaan orang menyukainya, dan tidak ada pula standard pidato kepresidenan yang dinilai tinggi di kancah internasional.

Jika kalian membaca ini dan sedang menulis cerita kalian sendiri, teruskan menulis cerita tersebut. Karyamu bisa saja memberikan dampak yang sama seperti Harry Potter atau Game of Thrones.

Comments

Popular posts from this blog

Just asking about skateboarder w/ ato:D

Sung Dong-il, Sang Ayah Dengan Anak Perempuan-Perempuannya.

Prison Playbook : Mengelola Krisis di Balik Jeruji