Itu musikmu, itu pilihanmu, itu seleramu

judulnya berat ya brooh. hahahaha. sebenernya saya mau ngeblog soal gimana  rasanya ditinggal kawin. tapi, enggak lah ya, galau? huh bukan saya banget (itu munafik hahaha). trus saya mikir enaknya nulis apaan ya? oke, saya putusin buat nulis soal musik. soalnya, akhir-akhir ini saya agak gerah ya sama orang-orang yang suka berantem di sosial media hanya karena scene musik mereka lebih keren satu sama lain. gini deh, music is created to unite us. bener? nah, apapun musik kalian, itu root-nya sama, yaitu pada intinya buat hiburan. belum pernah saya denger orang suka musik untuk bunuh diri. sekalipun kalo hal itu seperti itu ada, musik macam apa yg bisa bikin orang pengen bunuh diri. sebenernya ada sih, musik yang bikin saya bunuh diri. musik yang dibawakan sama band-band gak mutu such as d'bagindaz dan sebangsanya. oke, gak boleh ada bully-membully ya, disini. harus netral ya. hahaha. nah, karena itu guys, sejelek-jeleknya d'bagindaz, *eh maap* tapi orang-orang pada kehibur kan? itu dia, inti dari sebuah musik itu menghibur. no matter alirannya apaan. atau itu band atau penyanyinya mainstream atau anti-maintream. hei, jangan bangga dulu jadi anti-mainstream, soalnya kebanyakan yg anti-mainstream lama-lama juga jadi mainstream. yang penting musiknya menghibur. nah, kadar 'menghbibur' inilah yang saya lihat jadi problem bagi kebanyakan orang. Menghibur disini bisa diartikan sebagai selera ya, guys. ada orang yang denger musik macam d'bagindaz udah berasa seneng banget, ada pula yang kalo denger Frank sinatra berasa kayak orang pinter, dan ada juga yang denger keroncong berasa hidup itu indah. begitupula kalo ngmongin scene musik. apalagi yang namanya scene musik underground yang sekarang komunitasnya kayak indomaret, ada dimana-mana. saya emang bukan anak band underground, tapi saya bergumul dengan orang-orang seperti mereka dan yang saya tahu  underground itu musik yang seharusnya 'unheard'. tapi pada faktanya? uda pada tau lah ya. saya gak akan bahas masalah itu. karena itu hak setiap pelaku musiknya sendiri ya, ingin musiknya didengar banyak orang atau didengar sedikit orang tp tahu betul maksud musik mereka. tapi, sangat annoying sekali ketika para pelaku musik scene underground ini tapi dengan aliran yang berbeda, eker-ekeran soal aliran musik mana yang ber-ideologi paling bagus. dan, kalo udah kayak gitu, saling sindir kan di sosial media. sangat disayangkan ketika banyak aliran yang berkembang tapi dengan akar yang sama berselisih paham karena hal sepele. bicara soal scene, bicara juga soal komunitas. bagi saya pribadi, komunitas itu tempat dimana saya mengembangkan diri saya akan hal yang menjadi interest saya. kalo ikutan komunitas buat ngeksis sih, saya rasa percuma itu. ibaratnya, buat apa makan pecel di mcdonald? kalo pecel bisa dimakan di WC sekalipun. buat apa ngeksis di komunitas kalo ngeksis di sosial media aja bisa kaya kok . tapi, saya himbau, jangan sesekali jadikan musik anda itu sebagai identitas permanen anda. maksudnya gini, jadikan musik itu sebagai ajang anda untuk bersenang-senang. ketika anda menjadikan musik anda sebagai sesuatu yang serius, itu bahaya. bahanya-nya adalah ketika ada orang mencela musik anda, anda akan pasti bilang, "TAU APA KAMU SOAL MUSIKKU?" nah, trus karna kata kayak gitu, jadilah war yang seharusnya lucu untuk dilakukan. pada intinya, kata-kata RESPECT EACH OTHERS ini jangan dijadikan abal-abal doang biar keren. harus dilakukan. wajib lah. kenapa wajib, karena menghormati itu perlu jika ingin dihoramti. klasik sih,  tapi bener kan? udahlah ya, live in diversity is beautiful kok. tapi bukan berarti abis gini kalian dengan senang hati cekokin aku lagunya d'bagindaz ya! tak sapu raimuuuu !

Comments

Popular posts from this blog

Just asking about skateboarder w/ ato:D

Sung Dong-il, Sang Ayah Dengan Anak Perempuan-Perempuannya.

Prison Playbook : Mengelola Krisis di Balik Jeruji